Macan Ali

"MacanAli" adalah Bendera sekaligus lambang Kebesaran Keraton Cirebon,bentuknya berupa kaligrafi arab yang mengikuti bentuk piktogram stilasidari "Macan Duduk". Sering ditemukan di Lukisan Kaca seniman Cirebon,tulisan arabnya berbunyi: "thoyibah laa ila ha illallah".
Hubungannya dengan Sayidina Ali, berdasarkan cerita ringkasnyakarena Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) keturunan ke 17 dariSayidina Ali, ke 18 dari Rasulullah, karena di depan namanya memakaiSayid Syarif, nasab dari Husein.
Di Keraton Pakungwati Cirebon (keraton awal) pernah dibentuksepasukan khusus berjumlah 12 orang yang dapat berubah wujud menjadimacan. Keratonmemberikan "jubah & Bandrang (Kepala Tombak)" sebagaitanda. Kalau mau berubah dengan memakai jubah itu, pasukan ini tidakmuncul sembarangan, hanya kalau Cirebon terancam bahaya saja.
Tandanya Cirebon bahaya adalah apabila "Kantil" atau Kurung Batangdi Astana Gn.Jati yang berlapis emas raib...terbang... atau bergoncang.Pasukan ini berlanjut diwariskan ke ahli warisnya sampai sekarang,konon pemunculannya hanya di bulan Mulud dan di tempat keramat yangditunjuk. Sekarang sudah berkurang jumlahnya mungkin cuman 5 saja.
Menurut cerita lain kalau bulan Mulud suka muncul di Petilasan TapakSemar (arah barat hutan Astana Gunung Jati). Waktu ribut2 tahta diKeraton Kanoman dulu, muncul di sumur tujuh Jalatunda, menurut orangyang melihat bentuknya orang bergamis, berjalan agak merangkak lamakelamaan berkelebat jadi macan menghilang.Tiap anggota punya nama dan pangkat, diambil dari nama daerah masing2...misalnya "Ki Gedheng....."
Ceritayang lain, perihal pelacakan Pasukan Khusus Macan pengawal KratonCirebon, bernama Singha Barwang Djalalullah (kalau tidak salah ucap),yang konon kabarnya cuma tersisa 5 orang. Dari seorang kenalan banyakdidapat informasi perihal pelacakan ini, termasuk ke sumber informasiyang secara moril masih berstatus sebagai seorang Adipati Kraton.Awalnya sumber yang tinggal di daerah utara Cirebon tersebut engganmengutarakan, namun setelah mengenal lebih dalam mengenai pribaditentang diri dan keluarga barulah beliau mau mengutarakan lebih lanjut.
Tidak bisa diperkirakan berapa jumlah tepatnya pasukan macan ini yangtersisa, bisa 3, 5 atau 7 orang. Yang pasti di bawah dari 10 orang.Berkurangnya pasukan ini dikarenakan beberapa hal, pertama adalah tidakmempunyai keturunan karena pasukan ini bersifat turun temurun. Keduayang bersangkutan meninggal dengan membawa pakaian simbol pasukan macanyang disebut "Kantong Macan". Pernah satu kejadian seekor macan dikepung dan diburu masyarakat kampung yang tidak mengerti, macan yangdiburu kabur menghindar, hingga terperosok di sebuah sumur tua. sewaktudilihat ke sumur ternyata bukan seekor macan, melainkan seorang manusiayang terkapar. Pada saat hendak diangkat orang tersebut sirna.
Pakaian yang bernama Kantong Macan ini sebesar ibu jari kaki, caramemakainya dengan memasukan kedua ibu jari tangan. Anehnya kantongmacan tadi terus mengembang seperti elastis hingga masuk kedalam tubuhseperti pakaian. Ritual pemakaian harus hening dan sedikit penerangan.Tapi sayang tidak bisa didokumentasikan. Kekuatan spiritual daripakaian ini tergantung si empunya, bisa 50:50 (antara manusia:siluman)atau 20:80 dan sebaliknya. Semakin tinggi tingkatannya semakin tinggikodrati manusianya.
Sejarahadanya pasukan ini bermula ketika Susuhunan Gunung Jati sebagai pendirikratonan Cirebon, diberikan hadiah dari kakeknya yang penguasaPajajaran (Prabu Siliwangi). Hadiah itu berupa sepasukan khususPajajaran yang terdiri atas 12 orang yang dapat beralih rupa sebagaimacan. Sebagaimana pasukan pengamanan, metoda penggunaan Ring 1, 2 dstjuga berlaku. Masing-masing ring terdiri atas 4 orang yang meliputiarah mata angin dengan titik pusatnya Kraton Pakungwati. Semakin dekatdengan pusat, semakin tinggi ilmunya. Istilah yang digunakan adalah KW(tidak tau apa maksudnya). Ada KW 1, KW 2 dst. Kabarnya satu KW pernahdiberikan sultan Cirebon kepada Sultan Brunei, Hasanal Bolkiah karenamemang masih ada hubungan trah.
Dari semua pembicaraan, ternyata yang paling mengesankan adalah tentangbeladiri yang dipakai Pasukan Khusus itu, yaitu Gerak Gulung Pajajaran.Ketika dikonfirmasi mengenai kesamaannya dengan Gerak Gulung Budi Dayayang di Bogor, beliau mengatakan memang masih satu rumpun.
dijukut sing Kaskus... keswuwun, Kang!

0 komentar:

Posting Komentar

Video Gallery

Cari Blog Ini

silahkan melihat